Negara-negara maju harus bekerjasama untuk mengurangi jumlah sampah di luar angkasa. Jika tidak, sampah-sampah ini akan sangat membahayakan karena meningkatkan risiko terjadinya tabrakan dengan pesawat luar angkasa yang mengorbit.
Mantan astronot sekaligus ahli luar angkasa Kevin Chilton menyebutkan, AS telah mencatat ada lebih dari 15.000 jenis sampah yang saat ini terapung di luar angkasa. Sampah tersebut terdiri dari roket muatan pesawat, puing-puing pesawat luar angkasa, serta beberapa runtuhan dari satelit yang rusak.
"Jumlah sampah ini diperkirakan masih akan bertambah hingga 50.000 dalam waktu yang relatif singkat. Jika terus dibiarkan, luar angkasa akan semakin penuh sampah dan tidak memungkinkan manusia atau pesawat luar angkasa untuk pergi kesana," kata Chilton seperti dikutip dari Reuters, Jumat (29/1/2010).
Menurut Chilton, jumlah puing-puing ini meningkat karena berbagai peristiwa, seperti penutupan satelit China yang rusak pada 2007 dan tabrakan satelit militer tua milik Rusia dengan satelit milik perusahaan telekomunikasi Iridium.
Ditambahkan oleh Chilton, negara-negara maju harus setuju untuk menyelenggarakan operasional luar angkasa yang bertanggung jawab, setidaknya dengan mengembangkan pesawat luar angkasa yang meminimalisir penambahan jumlah sampah luar angkasa. Selain itu mereka diharuskan saling berbagi data mengenai risiko yang mungkin terjadi akibat keberadaan sampah-sampah tersebut.
"AS sudah memasang deretan sensor ekstensif untuk penanggulangan sampah tersebut, namun upaya itu saja belum cukup," kata Chilton.
Chilton menambahkan saat ini sampah-sampah tersebut baru sebatas bisa dikumpulkan pada dan ditahan untuk sementara. Cara itu dirasa belum efektif dalam menanggulangi tumpukan sampah luar angkasa.
Jumat, 29 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar